Normalnya gua ini bisa disusuri dalam waktu sekitar 80 menit.
Well, di dalam gua terendam air mulai dari setinggi separuh betis sampai se-udel. Dengan ukuran tinggi orang normal tentunya *smirk*. Yaah, kalo diibaratkan mah ga jauh beda sama banjir; warnanya cokelat (walau ada beberapa tempat yang berair bening) dan setinggi itu. Bedanya disini gelap, dan gak ada yang 'ngambang'.
Kadang di dalam ada spot yang dipasangi dupa.
I love play in water. But in a dark-and-'stony' place like this, I don't enjoy it too much.
Setelah keluar juga ada kamar bilas. Ada 3 kamar untuk cowok, dan 3 kamar untuk cewek. Di depan pintu tertulis "Bayar 2000", tapi tak ada penjaga ataupun kotak uang. Jadi, bisa dianggap gratis.
*****
Spot selanjutnya adalah Pantai Wohkudu. Kayaknya sekitar 30-60 menit kalau dari Gua Cerme. Di 15 menit terakhir perjalanan, jalannya masih berupa makadam. Pantat sakit, motor (bisa) rusak.
Di depan ditagih retribusi 3000 per motor. Tak lama kemudian dari ketinggian terlihat birunya laut.
Sampai di parkiran motor, yang punya parkiran menunjukkan arah ke pantai. Harus mendaki gunung dan lewati lembah, jalan kaki!
"Lewat situ, mas. 10 menit jalan kaki. Ketemu pohon kelapa, belok kanan"
Oke, ini kayaknya lebih 10 menit. Dan ini banyak pohon kelapa. Kapan beloknyaa?
Akhirnya kami mengabaikan apa yang dikatakan bapak tukang parkir, dan mengikuti jalan setapak yang ada.
Ditutup dengan sesi makan malam di suatu tempat yang entah apa namanya, lalu minum susu di Susu Bang Jo.
As a final note, maybe my 'dislike' towards beach is derived from those early beaches I've ever visit. Such as Takisung beach in South Borneo, or Maron beach in Semarang. Yes, both are 'dirty'. First time I ever visit beautiful beach, maybe in Lombok. So, yeah. I love seeing nature. And beautiful beach like this is also one of them :)
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :
0 komentar:
Posting Komentar