Minggu, 01 April 2012

Short Story - Brain Rhythm



Lama juga ane ga nulis yah. hahaha. kali ini cerita fiksi yang tiba2 singgah dikepala pas lagi nungguin hujan berhenti. anyway, JUST READ!

“16 Juli 1999”
“Dear diary,
“Pagi hari ini cuaca cerah. Namun seperti biasa, cuaca disini selalu berbohong. Cerah pada awalnya, hujan pada akhirnya.”

Tidak seperti biasanya, hari ini aku hanya bisa menulis sedikit. Padahal jumlah kata yang kutuliskan selalu lebih dari selembar buku itu. Mungkin karena terlalu banyak hal aneh yang terjadi belakangan ini, dan semuanya sudah sampai pada batasnya hingga mengakibatkan hilangnya nafsu menulisku.

My heart, hatiku, jantungku, dan juga otakku!

Entah mulai sejak kapan aku merasakan ada sesuatu yang salah pada bagian tubuhku. Seakan mereka sedang berperang didalam sana, melawan banyak hal yang mencoba mengganggu, dan saat ini sedang butuh pertolongan, pengobatan.

Dimulai sejak beberapa bulan sebelum hari ini, aku merasakan jantung ini melewatkan sedikit tugasnya, sebagian kecil yang teramat sangat berharga. Ya! Satu-satunya tugas yang dikerjakannya hanyalah berdetak. Dan tugas yang dilewatkannya juga adalah ‘berdetak’.

Pada awalnya aku berpikiran bahwa hal ini adalah hal yang lumrah terjadi pada setiap orang. Sempat kutanyakan pada beberapa temanku, namun jawaban mereka membuatku semakin khawatir. Mereka tidak pernah mengalaminya! Kekhawatiran ini pun bertambah ketika akhir-akhir ini ‘dia’ semakin sering melalaikan tugasnya.

Lain lagi dengan sakit yang diderita oleh otakku. Beberapa hari ini dia bekerja terlalu keras, dan menerima terlalu banyak tekanan serta masalah. Tidak terlalu berbahaya pada orang yang cuek, tetapi tidak untukku.

Seperti pada umumnya, imej adalah faktor penting yang ada didalam otak setiap perempuan tidak terkecuali diriku. Sekali saja ada sebuah kejadian yang menghancurkan imej, sebagian diriku ikut hancur. Berusaha memperbaiki secepatnya namun membutuhkan keberanian luar biasa. Tidak cocok untuk pendiam sepertiku.

Ya, sebagai perempuan mungkin aku termasuk orang yang aneh. Senang sekali bermain kata-kata, menggunakan logika sampai batasnya. Tak jarang mengambil kesimpulan dan asumsi dari hasil pemikiran otak kiriku yang cemerlang. Kesimpulan dan asumsi inilah yang belakangan merusak pemikiranku. Sungguh ironis, hasil pemikiran yang berasal dari otak menghancurkan bagian lain dari otak itu sendiri.

Aku galau! Mencoba lari dari kenyataan pahitnya sakit ini namun otak kiriku kembali bermain.

“Tidak mungkin kau bisa lari dari ini semua. Semuanya pasti akan kembali padamu pada akhirnya.”

Aku yang merasa dikhianati hanya bisa berusaha melawannya menggunakan otak ini juga. Otak yang tadinya musuh, berusaha kujadikan teman. Berperang untuk mengembalikan imejku yang telah dihancurkannya.

Perasaan?
Aku tidak memilikinya.
Ya! Tidak sampai hari itu, saat sang otak kembali mempermainkanku dengan asumsi dan kesimpulan-kesimpulan yang dibuatnya. Membuat dunia pikiran yang awalnya dibangun dari hasil pemikiran dengan dasar yang kokoh mengenai kehidupan sehari-hariku hancur seketika dan berubah menjadi bangunan yang sama sekali baru. Bangunan itu terlihat rapuh dan berlubang disetiap bagiannya, menandakan bisa dihancurkan kapan saja oleh sebuah realita. Tetapi aku tidak akan lupa kalau bangunan ini jugalah yang pernah menghancurkan dunia realita yang susah-payah kubangun.

Finansial, selalu menjadi masalah utama rakyat kecil. Tidak akan peduli dengan keadaan fisik maupun mentalmu, dia hanya ingin menghantui setiap tidurmu. Begitulah yang kami rasakan, aku beserta paman dan bibiku dirumah mereka yang mungil. Sederhana namun penuh kebahagiaan.

Mencoba bersikap biasa, namun tak dapat kupastikan bahwa orang-orang disekitarku tidak menyadari akan masalah-masalahku ini. Tidak menceritakan apa-apa kepada siapapun bukan berarti mereka tidak bisa membacanya dari wajah dan tingkah laku kita.

Otakku, walau sambil berbaring masih saja berpikir berbagai hal. Sial. SIAL! Ingin rasanya mengeluarkan semua kekesalan ini dalam bentuk air mata.

Dengan menghela nafas panjang, kupejamkan mataku. Berharap setelah malam ini berakhir, semua masalahku juga ikut berakhir. Dan segelintir kecil harapan agar aku masih bisa hidup dikemudian hari.


Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar