Lama juga ane ga nulis yah. hahaha. kali ini cerita fiksi yang tiba2 singgah dikepala pas lagi nungguin hujan berhenti. anyway, JUST READ!
“16 Juli 1999”
“Dear diary,
“Pagi hari ini
cuaca cerah. Namun seperti biasa, cuaca disini selalu berbohong. Cerah pada
awalnya, hujan pada akhirnya.”
Tidak seperti
biasanya, hari ini aku hanya bisa menulis sedikit. Padahal jumlah kata yang
kutuliskan selalu lebih dari selembar buku itu. Mungkin karena terlalu banyak
hal aneh yang terjadi belakangan ini, dan semuanya sudah sampai pada batasnya
hingga mengakibatkan hilangnya nafsu menulisku.
My heart, hatiku, jantungku, dan juga
otakku!
Entah mulai
sejak kapan aku merasakan ada sesuatu yang salah pada bagian tubuhku. Seakan
mereka sedang berperang didalam sana, melawan banyak hal yang mencoba
mengganggu, dan saat ini sedang butuh pertolongan, pengobatan.
Dimulai sejak
beberapa bulan sebelum hari ini, aku merasakan jantung ini melewatkan sedikit
tugasnya, sebagian kecil yang teramat sangat berharga. Ya! Satu-satunya tugas
yang dikerjakannya hanyalah berdetak. Dan tugas yang dilewatkannya juga adalah ‘berdetak’.
Pada awalnya aku
berpikiran bahwa hal ini adalah hal yang lumrah terjadi pada setiap orang.
Sempat kutanyakan pada beberapa temanku, namun jawaban mereka membuatku semakin
khawatir. Mereka tidak pernah mengalaminya! Kekhawatiran ini pun bertambah
ketika akhir-akhir ini ‘dia’ semakin sering melalaikan tugasnya.
Lain lagi dengan
sakit yang diderita oleh otakku. Beberapa hari ini dia bekerja terlalu keras,
dan menerima terlalu banyak tekanan serta masalah. Tidak terlalu berbahaya pada
orang yang cuek, tetapi tidak untukku.
Seperti pada
umumnya, imej adalah faktor penting yang ada didalam otak setiap perempuan
tidak terkecuali diriku. Sekali saja ada sebuah kejadian yang menghancurkan
imej, sebagian diriku ikut hancur. Berusaha memperbaiki secepatnya namun
membutuhkan keberanian luar biasa. Tidak cocok untuk pendiam sepertiku.
Ya, sebagai
perempuan mungkin aku termasuk orang yang aneh. Senang sekali bermain
kata-kata, menggunakan logika sampai batasnya. Tak jarang mengambil kesimpulan
dan asumsi dari hasil pemikiran otak kiriku yang cemerlang. Kesimpulan dan
asumsi inilah yang belakangan merusak pemikiranku. Sungguh ironis, hasil
pemikiran yang berasal dari otak menghancurkan bagian lain dari otak itu
sendiri.
Aku galau!
Mencoba lari dari kenyataan pahitnya sakit ini namun otak kiriku kembali
bermain.
“Tidak mungkin
kau bisa lari dari ini semua. Semuanya pasti akan kembali padamu pada akhirnya.”
Aku yang merasa
dikhianati hanya bisa berusaha melawannya menggunakan otak ini juga. Otak yang
tadinya musuh, berusaha kujadikan teman. Berperang untuk mengembalikan imejku
yang telah dihancurkannya.
Perasaan?
Aku tidak memilikinya.
Ya! Tidak sampai
hari itu, saat sang otak kembali mempermainkanku dengan asumsi dan
kesimpulan-kesimpulan yang dibuatnya. Membuat dunia pikiran yang awalnya
dibangun dari hasil pemikiran dengan dasar yang kokoh mengenai kehidupan
sehari-hariku hancur seketika dan berubah menjadi bangunan yang sama sekali
baru. Bangunan itu terlihat rapuh dan berlubang disetiap bagiannya, menandakan
bisa dihancurkan kapan saja oleh sebuah realita. Tetapi aku tidak akan lupa
kalau bangunan ini jugalah yang pernah menghancurkan dunia realita yang
susah-payah kubangun.
Finansial,
selalu menjadi masalah utama rakyat kecil. Tidak akan peduli dengan keadaan
fisik maupun mentalmu, dia hanya ingin menghantui setiap tidurmu. Begitulah
yang kami rasakan, aku beserta paman dan bibiku dirumah mereka yang mungil.
Sederhana namun penuh kebahagiaan.
Mencoba bersikap
biasa, namun tak dapat kupastikan bahwa orang-orang disekitarku tidak menyadari
akan masalah-masalahku ini. Tidak menceritakan apa-apa kepada siapapun bukan
berarti mereka tidak bisa membacanya dari wajah dan tingkah laku kita.
Otakku, walau
sambil berbaring masih saja berpikir berbagai hal. Sial. SIAL! Ingin rasanya
mengeluarkan semua kekesalan ini dalam bentuk air mata.
Dengan menghela
nafas panjang, kupejamkan mataku. Berharap setelah malam ini berakhir, semua
masalahku juga ikut berakhir. Dan segelintir kecil harapan agar aku masih bisa
hidup dikemudian hari.
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :
0 komentar:
Posting Komentar