Senin, 26 Oktober 2015

待ってる

When the sun starts to set
I get up and grab my bag
Deliberately follow this road
Your home, your place, your heaven

After series of crossroads
Night completely blankets our sky
Air is colder, gentle wind breeze through my hair
Polaris and his friends cheering from above

Raise my speed, start running
I feel my heart skips some beats
"This is okay. This is alright"
And I keep on dragging my feet

Kneeling
As I tired from this journey
Reminding myself it will be beautiful someday


Never a single night, not even tonight
I ever forget to bring your name
As I raise my hands to heaven


Yogyakarta, 26 Oktober 2015
"あの 春 で 待ってる"



Baca Selengkapnya....

Rabu, 21 Oktober 2015

Celana Pendek

"Eh, Wam. Mau ke sekre, ya?"

"Eh, Kak Ardi. Iya nih, kak. Malam ini anak baru disuruh ngumpul. Katanya ada briefing bentar. Kak Ardi sendiri habis dari sekre, ya?"

"Iya, nih. Mau kerja kelompok di kosan teman", jawabnya.

Sejenak matanya memandangi penampilanku malam itu. Dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Mendingan kamu balik dulu, deh. Ganti tuh celana pendekmu", ucapnya kemudian.

"Wah. Ga boleh yah, kak?"

"Bukannya ga boleh, cuma kurang sopan aja. Kalo aku sih gapapa dan ga masalah kamu mau pake celana pendek."

Setelah itu aku bergegas kembali ke kost, ganti celana panjang, lalu bergegas lagi pergi ke sekre. Sesampainya di sekre, nafasku masih memburu. Beruntung saat itu briefing belum dimulai.

Dan benar aja, selama beberapa bulan kedepan ga pernah sekalipun menemui yang bercelana pendek. Baik itu cowok, apalagi cewek. Seakan itu sudah jadi aturan tak tertulis di sekre ini.

Usut punya usut, ada seorang senior yang menyandang jabatan komdis alias komisi disiplin. Jadi setiap ada yang agak 'membelok', bakal kena teguran ama si komdis ini. Konon katanya galaknya luar biasa, sampai orang yang lebih senior aja takut sama dia. Pernah ada seorang senior lain, 3 tahun diatas si komdis, bertanya "Eh aku mau ke sekre, nih. Ada si komdis ga ya?". Singkat cerita dia menebarkan 'kenangan', baik itu kenangan indah maupun kenangan buruk kepada seluruh penghuni sekre.


Di suatu malam yang cerah, aku lagi di tempat teman melakukan kegiatan rutin; main DotA. Tiba-tiba ada ajakan makan malam sekaligus membahas beberapa masalah yang ada di sekre. Katanya pesertanya kali ini cuma bertiga; Aku, Teman A, dan sang komdis.

Dengan santainya aku berjalan dari kost temanku itu menuju warung makan yang dijanjikan. Sesampainya di pintu warung, aku baru sadar kalo aku pake celana pendek (mungkin panjangnya sekitar 3/5, alias sedikit dibawah lutut).

Jeger! Modyar kowe! Lupa blas kalo ada komdis. Kalo balik ke kosan jauuh, udah terlanjur didepan pintu pula. Yasudahlah, akhirnya nekat masuk.

Tak disangka, ternyata sang komdis tidak mengomentari apa-apa. Fyuuh.

Sejak saat itu celana pendekku selalu dipendam di lemari, tidak pernah dipakai lagi. Awalnya emang terasa restricted. Tapi makin kesini makin nyaman. Betis juga makin putih :3 *plak*


-------------------------------------------------------

Huwalaa.

Jumpa lagi disini, kali ini bahas celana :3

First half was written on Monday, second half is on wednesday. Basically I spent 3 days :D
Alasan nulis cerita ini adalah karena pernah ada yang ribut-ribut gegara melihat seseorang yang biasanya pake celana panjang, menggunakan celana pendek di acara olahraga. Kayaknya ada alasan lain, tapi lupa. Biasa laaah :p

BTW ini beneran diambil dari kisah nyata (yang diubah sedikit di beberapa bagian, tentunya). Kalo sang komdis membaca, mungkin dia akan sadar dan ngamuk-ngamuk :D

Udah, ah.


Yogyakarta, 21 Oktober 2015
"Teruntuk sang komdis yang selalu kami rindukan"

Baca Selengkapnya....

Writer Thingy, Maybe


May I consider myself as a writer? :D

Baca Selengkapnya....

Jumat, 09 Oktober 2015

The Walk + Random Rant

Beberapa hari yang lalu nonton pelem baru yang judulnya The Walk. Ceritanya ada seorang pria yang pengen berjalan diatas tali yang membentang diantara gedung kembar World Trade Center di New York. Katanya sih diangkat dari kisah nyata.



Oke sekip.

Karena ini adalah tindakan yang jelas-jelas ilegal, maka orang 'gila' itu pastinya perlu bantuan beberapa orang untuk mempersiapkan atraksinya itu. Singkat cerita, terkumpullah beberapa orang yang bersedia membantu. Uniknya, salah seorang diantara mereka takut ketinggian, sebut saja namanya Jeff. Si Jeff inilah yang akan jadi topik kali ini.

Gue kenal sama orang yang takut ketinggian. Dan orang itu pernah kita paksa buat naik cable car ke Sentosa Island. Sepanjang perjalanan dia cuma nunduk sambil nutup mata. Kalo keretanya goyang dikit aja, dia udah panik setengah mati.

Oke balik lagi ke film. Buat apa orang yang takut ketinggian ngebantu orang 'gila' buat nyebrangin gedung WTC, gedung tertinggi di dunia (saat itu)? Apa yang bikin dia mau ngebantu masang tali di puncak gedung itu? Padahal di film sempat ditampilkan dia naik ke lantai 2 atau 3, dan udah ga berani liat kebawah. Apa ga pingsan itu kalo naik ke lantai 110?!

Ada beberapa anggota tim yang akhirnya berhenti membantu karena mereka ga yakin sama ini orang 'gila'. Tapi si Jeff ini tetap ngebantu sampai akhir. Sesuatu!

Sepanjang film, gue sambil mikirin ini alasan. Dan sampai akhirnya ini film memasuki babak akhir dimana sang tokoh utama mulai menjejakkan kakinya diatas tali.

Saat orang 'gila' itu mulai berjalan, si Jeff ini dengan girangnya berjoget-joget. Dengan gaya yang ga jelas dia berjoget sesukanya, seenaknya, sekenanya.

Dan gue tiba-tiba tetawa, karena gue ngerasa ngeliat cerminan diri gue di Jeff. Dia sebagai seseorang yang takut ketinggian, ingin membantu orang yang begitu menyukai ketinggian untuk mencapai mimpinya. Dengan cara begitu, mungkin dia bisa merasa lebih 'dekat' dengan apa yang tidak bisa dia capai.


Gue ga bisa ngegambar, otak kanan macet. Beberapa waktu yang lalu ngasih buku mewarnai ke satu orang, lalu satu orang lagi, dan satu orang lagi. Yep, tiga buku mewarnai yang sama ke tiga orang berbeda. Dan gue bahagia melihat mereka semua (beberapa, mungkin) bahagia.



Seperti biasa, awalnya ada yang pamer buku. Lama berselang, ada yg pamer cat air. Kasih satu. Ada yang pamer crayon, kasih satu. Ada yang terpengaruh melihat hasilnya setelah diwarnai, kasih satu. Dan voila, inilah hasilnya.

T1

T2

T3

Emeijing, aren't they?


Kalo ini dari yang pertama pamer buku.


Mungkin kalo emosi itu tak terbendung dan meluap keluar, gue udah joget-joged ga jelas kayak si Jeff. Saking girangnya.


Want to be the next who has the coloring book? *smirk*


P.S.: I am waiting for the next page, guys :p

Baca Selengkapnya....

Kamis, 01 Oktober 2015

Me Time

Malam ini bulan terlihat bulat sempurna. Ukurannya pun lebih besar daripada hari-hari biasa. Warnanya kuning agak kemerahan, sangat mempesona. Fenomena ini disebut supermoon.



Sedari kecil aku sudah tertarik dengan kondisi langit di malam hari. Hal ini dipicu oleh tanteku yang sempat menghadiahiku buku tentang peta bintang, dan kampung halamanku yang jauh dari keramaian dan polusi cahaya. Jadinya sedari kecil aku sudah mengetahui beberapa rasi bintang yang mudah dikenali seperti Salib Selatan, Orion, dan Scorpio.

Ditemani seperangkat MP3 Player dan Headphone, malam itu aku memanjat ke atap. Kumainkan Violin Concerto gubahan komposer-komposer terkenal seperti Bach dan Beethoven, lalu berbaring menatap langit malam.

Aku begitu menyukai suasana malam hari. Cahaya bulan yang remang-remang, bintang-bintang yang bertaburan menghiasi langit, angin malam yang lembut menerpa kulit, keheningan malam yang menenangkan, semuanya bersatu padu menciptakan dunia yang begitu kunikmati. Dunia dimana dengan memasukinya saja, segala penat dan beban pikiran yang kualami serasa terangkat. Plong.

Senyum tersungging, hati berjingkrak, sekuat tenaga menahan diri agar emosi itu tidak meluap keluar.




Yogyakarta, 1 Oktober 2015
"Me Time"

Baca Selengkapnya....