Jumat, 04 Desember 2015

Andai Ku Tahu Namamu


"Selamat datang di Indomaret. Selamat belanja"

Suara mbak Indomaret itu bergema menyambutku saat aku membuka pintu. Tanpa memedulikannya aku berjalan dengan santai menuju bagian belakang toko. Aku mengambil sebotol Cola yang ada di dalam lemari pendingin. Lalu aku berbalik ke etalase camilan. Sejenak memilih camilan apa yang akan kubawa pulang. Kuambil sebungkus keripik singkong rasa barbeque berukuran besar dan berjalan menuju kasir.


"Sama apa lagi, mas?" lagi-lagi suara mbak itu menyapaku.

"Ini aja, mbak."

Sejurus kemudian dia sudah memindai belanjaanku ke komputer yang ada didepannya. Angka 15.000 terpampang di monitor yang menghadap ke arahku.

"Totalnya 15.000, mas. Mau isi pulsanya sekalian?"

"Gausah, mbak. Makasih." balasku sambil menunduk mengeluarkan uang pecahan 20.000.

Dia mengetik sesuatu di komputernya. Laci penyimpanan uang pun terbuka. Dimasukkannya uang 20.000 dariku, lalu mengambil pecahan 5.000 untuk kembalian.

"Kembaliannya 5.000 rupiah. Terima kasih." Dia menyerahkan uang 5.000 dan struk belanjaan kepadaku.

Aku menyambut kembalian yang diserahkannya. "Sama-sama." Aku berjalan ke arah pintu, lalu berbelok menuju kost.


*****


Aku pertama kali melihatnya sekitar dua minggu yang lalu. Saat itu aku sedang berjalan pulang selepas sholat Maghrib. Entah kenapa tiba-tiba aku merasakan dorongan untuk mampir ke mini market yang baru buka beberapa hari yang lalu itu. Lengkap dengan peci dan sarung, aku pun masuk.


"Selamat datang di Indomaret. Selamat Belanja"


Seketika aku menoleh ke arah asal suara nyaring itu. Di belakang meja kasir aku melihat seorang perempuan yang sangat cantik. Rambutnya pendek di atas bahu. Perawakannya ramping, lengan dan tangannya kecil. Kalau dia berbalik, kadang sebagian tengkuknya terlihat. Senyumnya saat menyapa pun sangat manis. Senyum termanis yang pernah kulihat sepanjang hidupku.

Seketika aku terpesona. Inikah yang disebut cinta pada pandangan pertama?


Sejak saat itu hampir setiap hari, selepas sholat Maghrib, aku mampir ke mini market itu. Entah membeli camilan, cola, es krim, atau mengambil uang di ATM yang ada di dalamnya. Namun tujuan utamaku tentu saja untuk melihat mbak Indomaret itu walau hanya sejenak.

Sebagai pelepas rindu,

penyemangat,

penghilang penat yang seharian terkumpul,

penjernih pikiran.



Tak salah lagi. Aku telah jatuh cinta.


*****


Hari ini aku sengaja tidak mampir ke sana selepas Maghrib.

Kukeluarkan setumpuk celana jeans dan kemeja (khusus) gaul dari lemari pakaianku. Mulai dari kemeja berlengan panjang, sampai yang berlengan pendek. Mulai dari yang berwarna cerah, sampai yang berwarna gelap. Mulai dari yang slim fit sampai yang agak kedodoran. Semuanya terpampang acak-acakan di atas kasur.

Pilihanku untuk celana jatuh kepada celana panjang dengan warna khaki. Ini semata-mata hanya karena tas yang kumiliki juga berwarna khaki. Selanjutnya baju pilihanku jatuh pada kemeja berwarna biru langit berlengan panjang. Lengannya kugulung rapi sampai ke siku.

Aku mengeluarkan sepatu Converse hitam dari kotaknya dan langsung kupakai. Kusambar kacamata, jam tangan hitam, dan juga tas selempangku. Lalu aku bergaya di depan cermin tinggi yang sekaligus menjadi pintu lemari pakaian. Berputar sekali, dua kali. Menyisir rambut dengan jari dan memastikan semuanya sudah rapi.


Setelah merasa cukup aku mengambil motorku dan memacunya menuju mini market itu. Kuparkir motorku di depan, lalu sedikit menata rambut di depan spion. Mengecek tak ada rambut yang berdiri aneh. Setelah merasa cukup, aku berjalan masuk sambil menghela nafas panjang.


"Selamat datang di Indomaret. Selamat belanja"


Deg! Mbak itu menyambutku lagi. Malam ini aku lebih gugup dari biasanya.

Aku berjalan menuju ke lemari pendingin yang berada di bagian belakang. Aku diam di depan pintunya tanpa membuka, berusaha melihat pantulan samar pada pintu kaca itu. Memastikan tak ada benang yang keluar atau baju yang kumal.

Sekali lagi kuhela nafas panjang.

Tanganku meraih gagang pintu lemari pendingin itu. Kubuka dan kuambil sekotak Buavita Anggur, favoritku. Jantungku berdegup semakin kencang seiring langkahku menuju ke kasir.

Kuletakkan jus itu di meja kasir. Kepalaku tertunduk. Pandanganku lekat tertuju pada jus itu.

"Sama apa lagi?"

"Ini aja, mbak." aku masih tertunduk.

"Totalnya tujuh ribu rupiah. Mau isi pulsanya sekalian?"

Kuserahkan uang sepuluh ribu yang dari tadi kugenggam. "Ga usah, mbak. Ini aja"

Seperti biasa, dia mengambil kembalian dari laci uang. "Kembaliannya tiga ribu rupiah. Terima kasih"

Kuraih uang kembalian itu. Kumasukkan ke saku belakang celanaku.


Aku berdiam diri mematung.


Sekali lagi kutarik nafas panjang. Perlahan kuberanikan diri untuk mengangkat kepalaku. Menatapnya yang sedang sibuk dengan mesin kasir.


"A... anu, mbak," aku berusaha memecah kesunyian.

"Iya, mas? Ada apa?" dia lalu memandangku.


Tiga detik kemudian, aku masih diam. Mataku masih menatap tajam matanya. Lidahku kelu.


"Anu, mbak." Aku diam sejenak. "Boleh tau namanya?"

Dia memasang ekspresi bingung. Kepalanya agak dimiringkan sedikit ke kanan. Sedikit sekali, nyaris tak terlihat.

Aku menunduk lagi. God! Kalo ada lubang guede, aku pengen masuk sembunyi. Saking malunya.


Sebaiknya aku berlari menuju pintu keluar.


Sesaat sebelum aku kabur, tiba-tiba ada sekelebat tangan lewat di ujung pandanganku. Refleks aku menoleh ke arah depan.



Dia tersenyum. Manis sekali. Lebih manis dari biasanya.




"Dina" katanya.



------------------------------------



Hey, welcome.

For my loyal reader, welcome back.
For any new reader, welcome to this blog. Especially this rant session.

Thank you for reading this story.


Terinspirasi dari lagu Andai Ku Tahu Namamu ciptaan mas Sweta Kartika, dan gambar karya mas Sweta juga yang mana terinspirasi dari mbak Indomaret beneran, yang kemudian keduanya dipasangkan :3.

Kebetulan siang itu aku lagi bosen, bingung ga ada ide. Pengennya bikin cerita pendek, sependek yang biasa dimuat di majalah Bobo. Kebetulan juga inget lagunya mas Sweta. Dan akhirnya aku ada kerjaaan. :D

But hell. This turns into another long short story (buat majalah Bobo). LoL


Dan juga kali ini banyak merk bertebaran. Biarlah.

Seperti biasa, susah menggambarkan step-by-step pengalaman emosional si tokoh utama, terutama bagian klimaks. Harapannya sih para pembaca masih bisa merasakan semendebarkan apa setiap momennya bagi si tokoh utama. Semoga semuanya tersampaikan kepada kalian. 


BTW, ini foto mbak Indomaretnya (yang ada di gambarnya mas Sweta). Namanya kalo ga salah Maya Wulandari




Kalo ini lagunya mas Sweta




Last but not least,

If you like it, please say so :)
If you dislike it, please also say so :)
If you have any suggestion, please also say so :)




As usual, here I lay my pen down.



Yogyakarta, 04 Desember 2015
"My name is Wamy"


Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :

1 komentar:

rosy mengatakan... Best Blogger Tips

Kasian mbak dina nya. Kalo selalu ketemu abis maghrib, berarti tiap hari dapat shift siang

Posting Komentar