Senin, 08 Maret 2010

Chapter 1 - Clash

Gadis kecil itu terduduk sambil menangisi dua buah tubuh yang terbujur kaku di ruangan yang remang-remang itu. Di kedua tubuh itu terdapat luka fatal di daerah sekitar jantung akibat tusukan benda tajam, sehingga mengakibatkan lantai itu dibasahi oleh darah yang mengalir dari dua tubuh itu.

Di dalam kegelapan ruangan itu, sesosok makhluk memperhatikan gadis itu. Makhluk itu memiliki mata yang berwarna biru laut di sebelah kanan, dan hijau zamrud di sebelah kirinya. Terdengar suara seperti tertawa kecil dari makhluk tersebut. Kemudian makhluk tersebut pergi menghilang di tengah kegelapan malam yang menyelimuti ruangan itu
--*****--


“Mimpi itu lagi”, Lionna terjaga dari tidurnya dengan air mata di pipinya. Sudah lama sejak terakhir kali mimpi itu dialaminya. Apakah ini pertanda bahwa akan ada sesuatu yang akan terjadi lagi?, pikirnya. Tertegun sejenak memikirkan mimpi yang baru saja dialaminya. Mimpi itu masih terasa sangat kuat di ingatannya. Seperti saat kejadian itu terjadi.

Melihat bahwa malam belum berakhir, Lionna memutuskan untuk kembali melajutkan tidurnya malam itu.
--*****--


Seseorang dengan jubah hitamnya melintasi sebuah daerah yang ditumbuhi rumput-rumput hijau, yang tampak seperti daerah yang tidak pernah dikunjungi oleh manusia. Jubahnya itu menutupi seluruh bagian tubuhnya kecuali bagian wajah sehingga sulit untuk menentukan jenis kelaminnya kalau dilihat sepintas. Jika ada orang yang melihat penampilannya, maka sudah pasti kesan pertama yang terlintas adalah bahwa orang ini adalah bukan orang baik-baik.

Dia memperhatikan daerah itu dengan saksama. Menikmati setiap hembusan angin yang melewatinya, sambil menghirup udara yang membawa wangi rerumputan. Setelah merasa cukup puas, dia tersenyum kecil kemudian kembali melanjutkan perjalanannya.
--*****--


Sore hari di keesokan harinya, Lionna dan Almond sampai di sebuah kota yang sangat kecil. Saat itu, semua pintu dan jendela dari rumah penduduk tertutup rapat. Lionna dan Almond saling pandang karena bingung. Mungkin karena sudah hampir malam, pikir Lionna.
--*****--


Pagi itu matahari bersinar cerah seperti biasa. Lionna yang baru saja bangun langsung pergi menuju tempat makan di penginapan itu. Disana sudah ada Almond sedang menikmati sarapan.

Tempat makan itu berada di bagian belakang dari penginapan, tetapi masih tetap dalam satu bangunan. Ruangannya sangat mirip seperti bar-bar yang sering ditampilkan dalam film-film koboi, mulai dari dinding sampai susunan meja. Berbagai hiasan dinding memenuhi ruangan itu. Mulai dari lukisan, kepala hewan buruan, sampai senjata. Alhasil, ruangan tersebut terlihat seperti bar yang diberi hiasan abad pertengahan.

Tepat disaat Lionna menuruni tangga, hendak menghampiri Almond, tiba-tiba terdengar suara ledakan dari arah luar. Dia pun bergegas menuju ke luar.

Dari kejauhan terlihat tiga sosok monster dengan bentuk seperti zombie goblin, tetapi dengan wajah yang lebih menakutkan dan ukuran tubuh yang hampir dua kali lipat ukuran manusia biasa. Sambil mengeluarkan suara-suara memekik, makhluk itu menghancurkan setiap bangunan yang mereka lewati.

Para penduduk panik, berlarian keluar dari rumah mereka, menjauh dari para monster itu. Secepat kilat, Lionna kembali ke kamarnya untuk mengambil daggernya, lalu secepat itu juga dia kembali ke bawah untuk menghadapi monster-monster itu. Sedangkan Almond, mengambil sepasang pedang yang terletak tepat diatas lemari tempat berjejernya botol-botol anggur, lalu menyusul Lionna.

Seketika itu pula, mereka berdua menghadapi salah satu dari monster-monster itu. Lionna menusukkan kedua daggernya ke kaki dari monster itu. Seolah tidak merasakan sakit, monster itu menendang Lionna. Dia pun terhempas ke dinding, kemudian pingsan.

Almond memukuli kaki monster itu tepat di daerah dagger Lionna tadi menancap, tetapi serangannya hanya mampu membuat luka-luka gores di kaki monster itu. Merasa putus asa dia mundur beberapa langkah, menjauh dari jangkauan. Monster itu tak tinggal diam, dia mengejar lelaki itu, menendangnya seperti yang dia lakukan sebelumnya.

Almond yang berusaha menahan serangan itu dengan pedangnya tetap saja terpental. Bagaimana mungkin aku mengalahkan semua monster yang ada disini sendirian, pikirnya. Bahkan untuk menumbangkan satu dari monster-monster ini saja aku tak bisa.

“Hey you dumbass, gunakan ini pada senjatamu!”

Terkejut, Almond segera mencari asal suara itu yang ternyata datang dari master (pemilik)tempat makan itu. Master itu melemparkan sebuah kristal bewarna hitam bening sebesar bola golf ke arah Almond. Kristal itu seperti mempunyai sebuah ‘inti’ yang memendarkan cahaya yang lemah.

Sang monster berlari menuju ke arah Almond. Dengan sigap Almond mendekatkan kristal itu ke arah senjatanya. Kristal itu seperti terserap kedalam pedangnya yang kemudian bersinar bewarna keemasan. Kemudian sinarnya meredup, meninggalkan senjatanya yang memendarkan cahaya tipis bewarna kehitaman.
Dengan senjatanya yang baru, Almond mencoba menyambut serangan dari monster itu. Monster itu kembali menendangnya, dan Almond kembali menahannya dengan kedua pedangnya. Kali ini Almond hanya terdorong sejauh beberapa senti. Kekuatan dari kristal itu telah membantunya.

Kembali kali ini dia memfokuskan serangannya ke arah kaki monster itu. Monster itu mengerang kesakitan, mengangkat kakinya yang terluka itu. Segera, Almond menyerang kaki yang satunya lagi. Monster itu pun terjatuh. Kali ini Almond mengincar leher sang monster.

“Satu tumbang, dua berikutnya.”

Setelah memindahkan Lionna ke tempat yang lebih aman, dia pun pergi ke arah monster-monster yang lain.

“Ternyata kau boleh juga.”

Terkejut lagi, Almond mencari asal dari suara itu. Ketika menengok ke arah atap dari salah satu penduduk, dia melihat seseorang yang mengenakan jubah bewarna hitam. Pemuda itu kemudian membuka tudungnya.

“THEO!!”



PS: versi ini belum direvisi. seadanya dulu
wkwk
*kayaknya masih sangat jelek dan jelek*


BONUS: Lionna Character Design by Yosi.
*walau agak kontet n cacad, but thanks*

Photobucket


Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar