Well, kemarin ada acara Gamework di Telkom University, tepatnya di Telkom Creative Industry School. Isinya adalah acara seminar serta workshop tenting game.
Singkat cerita ada beberapa informasi penting yang saya dapatkan pada hari itu, salah satunya adalah (seenggaknya saya anggap itu) cerita motivasi dari CEO Agate, Arief Widhiyasa.
Mungkin cerita yang dibawakan Arief sudah sering dibawakannya juga pada seminar di tempat lain. Tapi kali ini saya coba bawakan kembali di blog ini.
Cerita Agate dimulai saat belasan orang nekat berusaha bikin sebuah start-up, dimana modalnya tiba-tiba habis tapi masih tetap perlu resource artist, dan akhirnya rekruitasi lagi dengan menjanjikan gaji hanya 100rb per bulan.
Skip ke kisah utama yang pengen saya bawain, yaitu kisah motivasi yang dibawakannya.
Karena mereka memulai bisnis dari NOL, setiap bertemu dengan pelaku bisnis yang susah dia selalu minta tips kepada mereka. Dan sebagian besar dari mereka membalasnya dengan sebuah cerita yang sama (atau seenggaknya mirip :p), bukan dengan cara bisnis ataupun cara marketing.
Ya cerita itu adalah cerita tentang KOPI TUMPAH.

Diceritakan bahwa ada sebuah keluarga kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan putrinya yang masih SD (sebut saja Bunga).
Suatu hari si Bunga dikabari bahwa gurunya akan mengadakan ulangan harian pada minggu depan. Saking semangatnya si Bunga sudah belajar dari hari itu.
Singkat cerita, sampailah mereka pada hari ulangan yang dijanjikan.
Seperti rutinitas biasanya, sang Ibu membuatkan secangkir kopi, sang Ayah duduk di meja sambil membaca surat kabar pagi sebelum pergi ke kantor.
Si Bunga yang sudah sangat semangat dari seminggu sebelumnya, dan masih semangat sampai hari ini, turun tangga dengan tergesa-gesa dan menggebu-gebu. Karena terlalu semangat, saat menuju meja makan dia terantuk dan kopi sang Ayah tumpah ke celana sang Ayah. Crott
Apa yang terjadi setelah itu?
Ayahnya berdiri sambil menatap kepada anaknya, Ayahnya lalu menggebrak meja, “KAMU INI CEROBOH BANGET SIH!”. Bunga otomatis ketakutan, menangis.
Ibunya datang, “Kamu juga kenapa taruh kopinya dekat banget ama pinggiran meja!” bentak Ayah kepada sang Ibu.
Sang Ayah pergi untuk ganti pakaian yang tertumpah kopi.
Tiba-tiba bus sekolah Bunga datang. “Aduh pak, anak saya masih belum siap (masih nangis). Biar nanti saya antar sendiri” kata sang Ibu.
Tak lama kemudian sang Ayah sudah selesai ganti baju. Melihat si Bunga masih belum berangkat, sang Ayah murka lagi.
“Kenapa kamu belum berangkat ke sekolah?!” “Lah kan tadi gara-gara kamu bikin dia nangis” Dan terjadilah adu mulut.
Setelah sekian menit “Yaudah saga yang antar”, Ayahnya mengalah.
Disepanjang perjalanan ke sekolah si Bunga, segala sesuatu dianggap salah oleh sang Ayah.
Lampu merah, salah.
Macet, salah.
Ada orang nyebrang, salah.
Motor nyalip, salah.
Bunga yang lagi nangis juga salah.
Karena harus mengantar Bunga terlebih dahulu, sang Ayah pun telat masuk kantor. Sang bos bertanya “Kok kamu telat?”. “Kamu ga tahu gimana pagi saya!” sahutnya sambil marah-marah.
———————————————————— 
Sekarang masuk ke sisi lain. Anggap di dunia ini ada dua tipe orang yang dipisahkan oleh sebuah garis. Garis inilah yang akan membedakan tindakan mereka terhadap suatu kejadian yang terjadi.
Pada kisah kopi tumpah tadi sang Ayah mengambil tindakan dibawah garis: Blaming: menyalahkan anaknya dan istrinya karena kopinya tumpah.
Efek sampingnya?
1. Hubungan keluarga mereka jadi tidak baik
2. si Ayah dipecat karena dianggap tidak sopan
3. Bunga yang tadinya semangat, lalu mentalnya jatuh gara-gara dimarahin Ayahnya, ga konsen ujian, dapat nilai jelek, dibilang goblok sama temannya gara-gara nilainya jelek, menganggap dirinya goblok dan tidak mau berusaha lebih di kemudian hari.
Nah sekarang bagaimana kalau keputusan yang diambil sang Ayah berbeda?
Saat tertumpah kopi, sang Ayah berdiri sambil melihat kearah Bunga. Bunga sudah ketakutan. Sang Ayah bilang “Aah kamu semangat banget sih! Celana Papa jadi ketumpahan kopi nih. Kamu harus tanggung jawab!”
“Bunga mesti gimana, Pa?”
“Kamu mesti dapet nilai ulangan 100 hari ini!”
“Oh iya deh, Pa! Bunga pasti dapet 100”
Ibunya datang.
“Sayang, kopi bikinan kamu pagi ini cinta nya kurang. Makanya tumpah. Bikinin lagi dong. Tapi kali ini pake cinta yang banyak”.
Istrinya tersipu.
Disini sang ayah mengambil tindakan diatas garis, ownership. Kejadian tersebut ga sepenuhnya salah Istri atau anaknya, tapi juga kesalahannya karena duduk disitu. Bayangkan hanya dengan perbedaan pemikiran itu hasil yang didapat bisa luarbiasa berbeda!
Contoh kasus lain adalah botol bekas minuman yang tergeletak di jalanan.
Excuse: “Ah yang buang kan bukan gw”
Denial: *purapura ga liat ada botol*
Sedangkan orang-orang diatas garis akan mengambil dan membuangnya ke tempat sampah karena mereka mempunyai rasa memiliki dan tanggungjawab.
Maka dari itu, jadilah orang diatas garis!
Mulailah dari diri sendiri.
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :
1 komentar:
ditunggu cerpen selanjutnya
Posting Komentar