Kamis, 27 Agustus 2015

Gift #2: Prosopagnosia = Face Blindness = Buta Wajah

Prosopagnosia


Nama itu mungkin terdengar asing di telinga kalian. Memang, nama ini masih jarang diketahui khalayak ramai. Beruntunglah kalian karena aku akan berbagi sedikit ceritaku disini, menjelaskan tentang makhluk gaib ini.

Prosopagnosia adalah gabungan dua kata bahasa yunani: "prosopon" yang berarti "wajah", "agnosia" yang berarti "tidak mengenali". Bahasa kerennya adalah Face Blindness - Buta Wajah. Singkat cerita, kau tidak bisa mengenali seseorang dari wajahnya, even their own face.


Belum kebayang? Coba lihat gambar-gambar dibawah ini




Kenal ama orang-orang itu? Coba kita balik fotonya:





Yang pertama itu Brad Pitt (Mr & Mrs Smith), yang kedua itu Keanu Reeves (The Matrix), yang ketiga itu Rowan Atkinson (Mr Bean)

Agak susah untuk mengenali kalau wajahnya terbalik, kan? Ini adalah pendekatan paling mudah bagi orang normal untuk merasakan apa yang dirasakan penderita prosopagnosia.

Awalnya kupikir ini kondisi normal. Kupikir orang-orang lain juga mengenali seseorang bukan dari wajahnya, tapi dari ciri fisiknya. Tapi makin kesini aku akhirnya mengerti bahwa aku berbeda.

Lalu bagaimana cara kami mengenali orang? Cara paling gampang adalah ornamen yang digunakannya. Entah itu model dan gaya rambut, warna bingkai kacamata, atau dari baju yang biasa dipakai.

Cara tersebut tentu saja tidak efektif. Pernah suatu ketika seseorang menghampiri dan berbicara kepadaku. Aku tentu saja bingung karena tidak merasa mengenalnya, tetapi dia berbicara dengan begitu akrabnya. Seakan-akan kami sudah kenal lama. Melihatku bingung, dia lalu mengikat rambutnya ke belakang membentuk ponytail. "Ini gue, woi". Disitulah aku baru bisa mengenalinya.

Terus dia lepas lagi ponytailnya. Pasang lagi, lepas lagi. Pasang lagi, lepas lagi. Disitu ada perasaan unik yang sulit dijelaskan melalui kata-kata; orangnya tetap diam disitu, namun kau merasa bahwa kenal dan tidak mengenalnya secara bergantian.

Itu satu. Pernah juga ada kejadian kayak gini:
Hari ini jadwal kuliahku penuh dari pagi sampai sore. Pagi itu setibanya di lingkungan kampus, tiba-tiba aku berpapasan dengan seseorang, yang kemudian dicurigai adalah dosen. Ia pun berkata "Eh kuliah kita nanti ditiadakan, yah. Saya ada urusan mendadak. Tolong jangan lupa kasih tau teman-temannya yang lain", lalu dia berlalu begitu saja.

Jreeeng.
Itu tadi siapa?

Oleh karena itu, aku juga sering dicap sebagai orang yang sombong. Hanya karena aku tak menyapa seseorang pada saat berpapasan di jalan. Sebenarnya itu terjadi bukan karena sombong, cuma karena aku tak mengenali wajahnya.

Kejadian-kejadian diatas itu masih kurang greget. Kejadian dibawah ini jauh lebih greget.

Saat itu teman-temanku sudah mengetahui bahwa aku agak susah mengenali seseorang kalau hanya dari wajahnya saja. Suatu hari mereka iseng-iseng mengetesku.

Mereka membawa beberapa lembar foto wajah yang sudah mereka edit. Yang tersisa di foto itu hanya tinggal bagian wajah, persis seperti gambar-gambar yang kulampirkan diatas. Tentu saja habis itu mereka menyuruhku untuk menebak-nebak.

"Coba tebak ini siapa. Ini masih salah seorang dari kita-kita yang ada disini, kok"

Aku dengan malas menebak siapa yang ada di foto tersebut, dan beberapa foto lainnya. Ini sama saja seperti orang awam disuruh baca hieroglif mesir, percuma. Setiap aku salah menebak, mereka menertawakan jawabanku. Kalau bukan karena mereka sobat dekatku, mungkin saat itu aku sudah marah.


"Ini yang terakhir. Kali ini spesial, orangnya kamu pasti kenal baik. Tapi, bukan salah satu dari kami"

Astaga. Yang biasa aja susah, apalagi yang spesial kayak gini. Dengan lebih malas aku menyebutkan beberapa nama, sampai akhirnya aku kehabisan nama untuk disebut.

"Nyerah, deh. Jadi yang ini siapa?" keluhku.
"Yakin? Beneran lu juga ga kenal ama yang satu ini? Coba lagi dah", desaknya.
"Udah, mentok", keluhku lagi.
"Ini... foto... Ibumu", ucapnya pelan.

Siiing. Hening.

Seketika itu juga aku terdiam. Mataku masih memandang lekat pada foto yang terpampang di meja itu. Perlahan aku menjulurkan tanganku untuk mengambilnya. Kudekatkan foto itu ke mataku, untuk mencari ciri-ciri yang menyatakan bahwa itu adalah benar ibuku. Sejurus kemudian, aku menyerah. Aku tetap tidak bisa mengenalinya.

Foto itu masih kupandangi lekat. Aku merasa durhaka. Bayangkan saja, kau tidak bisa mengenali seseorang yang membesarkanmu dengan sabarnya. Rasanya seperti kau tidak menghargai pengorbanannya. Akupun ikhlas kalau saat itu juga dikutuk menjadi batu seperti Malin Kundang.

"Oh...", ucapku pelan, datar.

Aku tertunduk, berusaha keras menahan agar air mataku tak sampai mengalir.

Hari itu aku menyadari betapa irinya aku pada teman-temanku yang normal.


-------------------------------------------------

Yo, here we meet again.

Pertama kali gue kenal ama yang namanya prosopagnosia ini pas maen 9 Hours 9 Persons 9 Doors. Terus karena penasaran, akhirnya browsing2, dan akhirnya gue berpikir "Ini musti disebarkan! Orang-orang harus tahu!"

Jadi, setelah ini semoga kalian sadar bahwa di dunia ini ada yang namanya prosopagnosia. Dengan begitu diharapkan kalian bisa memahami bahkan menerimanya. Ultimately, I hope we can find workaround for this problem since there is no treatment available for it right now.

Oh, gambar-gambar diatas diambil dari sini



Yogyakarta, 27 Agustus 2015


Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar