Sabtu, 06 September 2014

Keyidea #29: Perpisahan - Untitled



Siang itu hari cerah seperti biasa. Sang surya pun dengan bahagianya memancarkan sinarnya. Terik, seperti biasanya. Oh kota kelahiranku yang kucinta.

Saat itu aku sedang asyik memainkan Playstation kesayanganku. Tanpa kusadari Ibu masuk ke kamarku dan berkata
"Nak, kamu nanti ngelanjutin sekolah ke B yah"

Setengah hati kucerna perkataan ibuku. Ah mana mungkin aku yang sekecil ini disuruh melanjutkan sekolah sendirian di kota B. Walaupun kami sering pergi liburan ke kota itu, tetap saja rasanya tidak mungkin aku bisa hidup sendiri disana.

Dengan setengah hati pula kujawab pernyataan ibuku itu. "Nggg"; Lenguhan tanda setuju yang biasa kupakai. Saat itu aku masih berpikir bahwa Ibuku hanya bercanda.

Beberapa minggu kemudian aku mengikuti ujian masuk ke sekolah paling terkenal dan paling populer di kotaku. Tanpa belajar banyak akupun dengan 'pede'nya masuk.
"Apa guna banyak-banyak belajar kalau hasil ujianmu tidak berpengaruh apa-apa?! Cukup hanya dengan LULUS, tidak lebih" pikirku saat itu.

Wacana ibuku tentang menyekolahkanku ke kota B ternyata bukan main-main. Dua hari setelah aku mengikuti ujian masuk sekolah itu, kami pergi berangkat ke kota B untuk ujian masuk sekolah lain. Akupun mau tak mau mengikutinya pergi ke kota B.


Singkat cerita, akupun lulus di kedua sekolah itu. Tanpa pikir panjang lagi ibuku langsung menyuruhku pindah ke kota B. "Ini demi kebaikanmu, percayalah sama mama".
Ya, itulah perpisahan pertamaku dengan keluargaku.

Aku masih ingat bagaimana rupa kost pertamaku.
Kamar yang cukup luas untuk dua orang, dengan sirkulasi udara yang kurang baik namun sangat dekat dengan sekolahku. Kamar mandi yang pengap dan kotor. Ibu kost yang sering menguntil, anaknya yang sombong, serta cucunya yang lahir pada tahun yang sama denganku namun sekolahnya tertinggal empat tahun dibawahku.

Aku juga masih ingat bagaimana minggu pertamaku disana. Tak ada hari yang dilalui tanpa kesedihan. Aku cuma berdoa semoga liburan cepat datang agar aku bisa berkumpul lagi bersama mereka. Padahal saat itu baru saja mulai ospek. Oooh masa muda yang penuh dengan kebodohan.


Tahun demi tahun berlalu di kota B.
Persahabatan, perselisihan, pendidikan, serta canda tawa.
Hal-hal itulah yang membuatku bisa bertahan.

Dari sinilah aku mulai belajar betapa penting dan berharganya keberadaan sahabat.
Orang yang ada disaat kau punya masalah,
orang yang hadir untukmu berbagi kebahagiaan,
orang yang membuat hari-harimu tak lagi membosankan,
orang yang membuatmu lupa dengan arti kata sepi.


Tapi setiap pertemuan pasti disertai perpisahan. PASTI.
Tak ada yang abadi di dunia ini.
Begitu juga dengan keberadaanku di kota B ini.

Yang perlu kita ingat hanyalah bahwa Tuhan itu ada. Dia pasti punya rencana yang indah dibalik semua perpisahan yang terjadi.
Sering kubayangkan bagaimana jika aku menolak tawaran ibuku untuk bersekolah ke kota B. Pastinya aku tak akan pernah bertemu kalian semua. Ahh betapa indahnya rencana-Nya.



Begitu juga dengan perpisahan kali ini. Aku yakin Dia pasti punya rencana yang lebih indah.
Cheer up, don't cry :)
I'll wait here.

And, I lay my pen down.


Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar