Minggu, 20 September 2015

Pantas



Sebenernya gue ngerasa agak kurang paham juga ama kata 'pantas' ini. Tapi dicoba dijawab lah yah.


Ini, ribet. Karena sejatinya kata 'pantas' itu amat tergantung pada pandangan masing-masing orang, dan biasanya bakal berbeda kriteria 'pantas' untuk orang yang satu dengan orang yang lain.

Contoh pertama,
Misalkan tokoh utama kita kali ini adalah seorang juara gundu nasional dari negara tetangga. Ketika ada seorang juara tingkat RT nantangin doi main gundu, doi bakal mikir "apa apaan ini baru juara tingkat RT belagu nantangin juara nasional. Gak level!"

Coba kita tengok apa yang mungkin dipikirin si juara RT.
"Gue udah jadi juara di daerah gue. Gue udah cukup kuat! Sekarang saatnya menjajal lawan tanding baru. Wah, kebetulan ada turis yang lagi mampir ke rumah tetangga. Mari kita jajal"

Juara nasional menganggap juara RT bukan lawan yang pantas buat dia.
Juara RT menganggap juara nasional sebagai lawan yang cocok buat dia.
Itu pun baru dilihat dari satu atribut; skill gundu.

Oke kita beralih topik dari gundu ke masalah yang lebih pelik, jodoh (ISFJ FTW~)

Ini lebih runyam lagi karena atributnya lebiiih banyak. Kita coba ambil contoh 4 yang utama: kecerdasannya, hartanya, garis/silsilah keturunannya (fisik), agamanya.

Nah, disinilah pandangan masing-masing pribadi mulai menentukan.

Misal ada sepasang muda-mudi, sebut saja Ani dan Budi.
Ani ini orangnya pinter ga ketulungan, kondisi keuangan menengah kebawah, keturunan entah, fisik ga cakep-cakep amat, agama pas-pasan. Preference jodoh: yang kaya dan ganteng. Biar memperbaiki keturunan.
Budi ini ijazah SMA, S1, dan S2 nya nembak, jabatan sekarang CEO perusahaan warisan bapake, muka kaya artis drama kroya, agama menengah kebawah. Preference jodoh: yang pinter. Biar kalo punya anak, anaknya ga tersiksa kayak doi yang bebal.

Apa yang terjadi kalo keduanya ketemu?
Ani mungkin bakal mikir: "pas banget nemu orang ganteng nan sugih. S2 pulak, aduh pinternya. Cucok deh cyin"
Budi mungkin bakal mikir: "nah, ada cewek pinter. Gapapa lah yah dia agak kurang berduit, gue udah banyak duit ini, ga habis 7 turunan. Parasnya yaaa so-so lah yah, its okay. Sip, ambil"

Si Ani pantas untuk Budi karena kepintarannya, si Budi pantas untuk Ani karena duit dan keturunannya.


Itu kalo kriteria yang dicari dan yang ada disuguhkan jelas. Gimana kalo kriteria nya aja ga jelas?
Cara paling gampang biasanya mengira-ngira, dengan apa yang kita miliki sebagai perbandingan.
"Ah, mukanya biasa aja. Ga ganteng, ga jelek. Sedang-sedang ajalah, sama kayak gue"
"Ah, otaknya ga encer-encer amat, ga jauh-jauh ama gue"
"Ah, tingkat ketaatannya 11-12 sama gue"
Yang sekiranya se-level, lah.

Dengan kata lain "aku pantas untukmu karena atribut kita ga beda jauh". Ini (mungkin) yang biasa dibilang orang "memantaskan diri", alias naikin atributnya biar jadi lebih tinggi ato paling gak setara.

Jangan lupa, bisa jadi ada kejadian gini:
"Aah. Dia orang kaya, gue orang miskin. Mana pantas gue buat dia"
Padahal mungkin aja calon pasangannya ga mikirin masalah harta. Mungkin.
"Aah. Gue mah naik sepeda aja ga bisa :("
Padahal mungkin aja calon pasangannya menganggap itu 'unyu'. Mungkin.


Buat kasus "lo suka, maka semua yang ada di dia pantas bagi lo", gue jawab pake pertanyaan:
Mungkinkah kau bisa menyukai seseorang, kecuali kau sudah menerima segala kelebihan serta kekurangannya?



Jadi gimana caranya memantaskan diri kalo kriteria nya aja ga tau, dan kayak yang dibilang diatas, semua tergantung masing-masing orang?

Itu... harusnya jadi lebih gampang. Karena kriteria (atribut) orang lain termasuk hal ghaib, ya tinggal perbanyak doa. Jangan lupa Ikhtiar.

atribut mana yang mesti dikuatin? Ya 4 atribut itu.
Kecerdasan, ya banyakin belajar.
Harta, ya rajin-rajin nyari duit.
Fisik, ya dandan/nge-gym.
Agama, ya banyakin ikut pengajian.

Yang jadi masalah adalah, ngomong doang mah gampang. Eksekusi nya yang setengah mati buat naikin atribut nya. Dan lagi kalaupun naikin atribut nya itu gampang, you must know when to stop, or you will be over-leveled.
Calon pasanganmu yang bakal keder kalo atribut mu ketinggian.

Kalo calon pasangan yang diincer sudah ada di depan mata, simpelnya, biar sama-sama merasa pantas satu sama lain adalah menyamakan tinggi point atribut masing-masing pribadi.

That's why a good observation skill is a must, so you know how high his/her attribute is, so you can make your attribute into right amount of point to match his/her.

Kurang jelas? Ada pertanyaan?


Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar